BANJARNEGARA, JAWA TENGAH / INDONESIA — Terjadi letusan di Kawah Sileri, pegunungan Dieng, Jawa Tengah pada hari Minggu sekitar pukul 12 siang, tanggal 2 Juni 2017 lalu. Letusan ini telah menelan 17 wisatawan terluka, serta 8 anggota Basarnas meninggal dunia ketika sedang melakukan pantauan letusan kawah Sileri.
Kawah Sileri adalah salah satu kawah aktif yang berada dalam satu rangkaian kaldera Gunung Dieng di Banjarnegara. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, letusan yang terjadi di Kawah Sileri pada hari Minggu lalu berjenis freatik. Diketahui letusan ini tidak seberbahaya dibandingkan dengan letusan magmatik.
Letusan freatik yaitu letusan gas dan material yang dipicu oleh tekanan gas yang berada di bawah permukaan. Tekanan ini terjadi ketika air hujan menyentuh magma di dalam bumi.
Terjadi dua kali letusan freutik di kawah Sileri ini. Letusan pertama setinggi 50 meter. Namun pada letusan kedua, mencapai ketinggian 200 meter. Akibat letusan ini, 17 wisatawan terluka, segera dievakuasi. Dari belasan korban terluka, tidak ada korban terluka yang disebabkan dari letusan kawah. Melainkan karena panik.
Namun tak hanya korban luka. 8 anggota Basarnas meninggal dalam kecelakaan helikopter saat ditugaskan memantau letusan Kawah Sileri di hari yang sama.
Setelah letusan, pada pukul 16:00 tim Basarnas berangkat dengan helikopter dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju kawasan Dieng melalui Gunung Butak. Dilansir dari Tribun Jateng, sekitar pukul 16:14 helikopter tim Basarnas diduga menabrak tebing Gunung Butak dan jatuh di bukit Muntung, Temanggung.
Sekitar pukul 8 malam, regu penyelamat menemukan puing-puing helikopter. Kecelakaan ini menewaskan 8 anggota Basarnas yang terdiri dari 4 tim SAR dan 4 kru heli.
Diketahui jarak antara lokasi jatuhnya helikopter dengan Kawah Sileri ini sekitar 12 meter. Basarnas juga telah menemukan black box heli untuk mengetahui penyebab kecelakaan.