NEUROSCIENCE DI BALIK KECANDUAN SMARTPHONE
Smartphone: candu abad ke-21.
Kecanduan Smartphone telah meningkat ke titik dimana sebagian dari kita mengalami 'nomophobia,' yaitu takut jika dipisahkan dari telepon kita, bahkan dalam situasi penting, seperti pertemuan. Seperti kecanduan opioid, kecanduan ini dapat dijelaskan dengan neuroscience.
Ketika kita menerima notifikasi pada telepon, neuron di salah satu bagian otak yang disebut ventral tegmental area atau VTA menjadi bersemangat.
Eksitasi ini menghasilkan sinyal listrik yang disebut potensial aksi, yang melakukan perjalanan ke terminal prasinaptik neuron di daerah bagian otak yang disebut nucleus accumbens.
Aksi ini menyebabkan terbukanya saluran kalsium. Ion kalsium menyebar ke neuron, menyebabkan peleburan vesikel ke membran neuron dan melepaskan molekul dopamin, yang menyebar ke sinaps.
Pada neuron pascasinaptik, molekul Dopamin berikatan dengan reseptor menyebabkan terbukanya saluran natrium. Difusi ion natrium menyebabkan neuron menjadi lebih positif, tetapi tidak cukup untuk menghasilkan potensial aksi.
Molekul-molekul dopamin yang tersisa di sinaps terurai oleh enzim, diserap oleh pengangkut dopamin, atau menyebar. Ini adalah apa yang terjadi pada pengguna yang tidak kecanduan smartphone.
Pada pengguna yang kecanduan smartphone, neuron menjadi bersemangat, menghasilkan potensial aksi yang melakukan perjalanan ke nucleus accumbens dengan cara yang sama. Namun, studi menunjukkan bahwa pengguna ini memiliki lebih sedikit pengangkut dopamin.
Sebagai akibatnya, dopamin lebih lama berada di sinaps dan terus mengikat reseptor. Peningkatan ikatan ini membuka lebih banyak saluran natrium dalam jangka waktu yang lebih lama, meningkatkan difusi natrium ke neuron pascasinaptik, yang menjadi cukup positif untuk dapat menghasilkan potensial aksi.
Dopamin adalah dasar dari kecanduan smartphone kita karena merangsang perilaku ‘pencarian’ kita. Dalam kasus ini, kita mencari likes, followers, dan pesan karena mereka memberikan perasaan validasi dan memiliki.
Interaksi Ini berfungsi sebagai positive reinforcement, memperkuat keinginan kita untuk lebih sering menggunakan smartphone kita.
Dengan kata lain, kecanduan kita ini adalah lingkaran setan, dan tampaknya kita tidak akan pernah merasa puas menggunakan telepon genggam ini.