Meski Korea Utara menunda peluncuran misil, namun, Jepang bersiap atas segala kemungkinan terburuk. Latihan evakuasi dan uji coba peringatan tanda bahaya gencar dilakukan untuk mengantisipasi serangan misil Korea Utara ke Guam.
Segera setelah mendengar tanda bahaya ini, anak-anak menghentikan aktivitasnya. Dengan pendampingan orang tua dan guru, mereka berlarian ke dalam gedung sekolah.
Di situasi seperti ini, panik bukanlah sikap yang tepat. Namun, berlindung agar kepala terhindar dari benturan. Ini adalah bagian dari latihan evakuasi sebagai persiapan atas potensi peluncuran misil Korea Utara ke Guam.
Sistem peringatan J-Alert juga diuji coba. Sejak tahun 2007, Jepang telah menggunakan sistem ini guna mempercepat penyampaian pesan tanda bahaya sehingga evakuasi segera dapat dilakukan.
Dengan J-Alert baru, ancaman bahaya bisa disampaikan ke 202 kota dalam itungan dua detik. Tidak mau kecolongan, Jepang meningkatkan kewaspadaannya. Memang Jepang bukan sasaran Korea Utara. Tetapi, jika misil benar ditembakkan ke area Guam, misil akan melintasi 9 prefektur jepang. Belum lagi, presisi tembakan misil Korea Utara masih dipertanyakan.