JAKARTA, KOMPAS.TV - Deteksi dini adalah yang dipakai Korea Selatan untuk melawan penyebaran tanpa menutup kota.
Dilaporkan The Wall Street Journal, Korea Selatan berkemampuan menguji 20.000 orang setiap hari di ratusan lokasi di seluruh negeri dan sampelnya diangkut ke 118 laboratorium.
Pengujian cepat yang dilakukan saat Korsel hanya memiliki 16 kasus ini, membuat negara itu lebih cepat mengurangi laju penambahan kasus karena mereka yang positif dan membutuhkan perawatan medis lebih cepat ditangani.
Di Indonesia akses deteksi dini Covid-19 untuk daerah di luar Jakarta masih terbatas.
Pasien bahkan harus membayar sendiri biaya pemeriksaan yang bervariasi dari Rp 200.000,- hingga jutaan rupiah, jika belum dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan.
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta misalnya, membatasi waktu layanan tes korona yang semula 24 jam kini hanya hingga pukul 21.00 malam tiap hari, karena jumlah pemeriksaan di malam hari cenderung sedikit.
Namun, rumah sakit menjamin jika ada pasien terkait korona yang membutuhkan penanganan segera bisa langsung dilayani di Instalasi Gawat Darurat.
Sementara itu, jumlah pasien positif korona yang dirawat di RSUP Persahabatan juga bertambah.
Kamar isolasi juga ditambah karena banyaknya pasien yang dirujuk ke rumah sakit ini.
Pembangunan fasilitas kesehatan semakin mendesak.
Pemerintah pun semakin mengebut proyek fasilitas karantina penyakit menular termasuk Covid-19 di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau yang ditarget selesai pada 28 Maret ini.
Jumlah kasus positif juga melonjak dari tanggal 14 Maret dengan 96 kasus naik jadi 134 di tanggal 16 Maret, dan terakhir naik menjadi 174 hanya dalam waktu kurang dari sepekan.