Kegiatan stargazing atau mengamati bintang di malam hari jadi makin asyik berkat wabah corona. Pasalnya, polusi udara yang suka jadi kabut asap yang menghalangi pandangan ke langit jadi berkurang drastis. Apalagi di bulan April ini setidaknya ada 2 fenomena langit yang langka, pertama adalah supermoon yang terjadi dini hari kemarin (08/04/2020) dan hujan meteor Lyrid yang akan terjadi di pertengahan April. Fenomena Supermoon muncul ketika bulan purnama terjadi di malam yang sama bulan mencapai posisi terdekatnya dengan bumi alias perigee. Posisi terjauhnya disebut apogee. Pada April ini, puncak bulan purnama akan terjadi pada 8 April mendatang. Dikutip dari Majalah Smithsonian, bulan purnama pada April memiliki nama lain pink moon. Nama "pink" merujuk pada bunga liar berwarna merah muda bernama creeping phlox yang mekar di awal April. Ini artinya warna bulan tetap akan sama seperti biasanya. Oranye keemasan saat rendah di langit, lalu semakin terang sehingga menjadi putih saat tinggi. Yang berbeda adalah besarannya saat supermoon terjadi. Fenomena ini membuat penampakan bulan jadi 7% lebih besar dan 15% lebih terang dari biasanya.
Sementara itu, hujan meteor Lyrid terjadi pada 16-30 April dan akan mencapai puncaknya pada 21-22 April. Ini artinya bertepatan dengan peringatan Hari Bumi atau Earth Day yang jatuh pada 22 April. Ini akan menjadi hujan meteor terbesar sejak Januari dengan perkiraan 15-20 meteor per jam. Hujan meteor Lyrid tercipta dari serpihan komet Tatcher. Nama Lyrid merujuk pada konstelasi Lyra, lokasi hujan meteor ini terjadi. Dikutip dari Farmers Almanac, hujan meteor ini telah diobservasi lebih dari 2600 tahun. Dokumen dari Tiongkok menyatakan “bintang jatuh seperti hujan” pada 687 sebelum masehi. Namun, hujan meteor Lyrid melemah di masa-masa ini. Fenomena ini terjadi kurang dari sehari, dengan penampakan 10-20 meteor per jam. Meski begitu, pada 1982, penampakannya sempat mencapai 90 meteor dalam satu jam, dan 180-300 meteor dalam beberapa menit. Penampakan 100 meteor per jam pernah terjadi pada 1922. Penampakan yang tak bisa diprediksi ini membuat hujan meteor Lyrids menarik untuk ditunggu.
Kabar baiknya, astronom udah memperkirakan kalau hujan meteor ini bisa dilihat dengan mata telanjang. "Langit makin jelas di beberapa minggu terakhir. Walau masih ada polusi cahaya, tapi polutan dari mobil, pabrik, dll. makin berkurang dari atmosfir," ujar Joe Guzman, astronom dari Adler Planetarium yang berlokasi di Chicago, AS. Jadi, apa lagi yang kamu tunggu? Keluar aja ke teras di malam hari dan nikmati langit mumpung lagi jernih-jernihnya.