KOMPAS.TV - Di tengah semakin bertambahnya jumlah pasien positif corona, muncul informasi bahwa PT Bio Farma sudah mampu memproduksi tes kit reagen Polymerase Chain Reaction atau PCR, hasil pengembangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Produksi massal alat tes PCR Bio Farma ini sebagai upaya pemenuhan tes Covid-19 terhadap 2juta penduduk Indonesia dalam waktu singkat untuk mendapatkan rasio 0,6 persen penduduk Indonesia yang dites.
Selama ini, Indonesia harus mengandalkan PCR impor dalam upaya mempercepat pendeteksian corona.
Namun hingga kini masih ada bahan baku yang harus didatangkan dari luar.
\"Kira-kira kalau teknologinya sudah siap, cuma mungkin nanti ada kendala sedikit di bahan baku yang belum datang,\" ucap Deputi BPPT Soni Solistia Wirawan.
\"Masih harus dibeli dari luar, jadi kita masih menunggu bahan bakunya. Nanti kalau sudah bahan baku itu datang, prototype kita siapkan,\" sambungnya.
Sementara itu, Bio Farma yang memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 15.000 test per hari, akan memproduksi perdana sebanyak untuk 50 ribu test atau setara 2.000 kit pada Bulan Mei 2020, dan tidak lama berselang dalam waktu dekat, akan memenuhi kapasitas produksinya sebanyak 4.000 kit atau setara dengan 100 ribu test.
Di saat yang sama, Pemprov Jawa Barat merencanakan tes PCR massal, dengan mencontoh Korea Selatan yang dianggap WHO sebagai negara terbaik dalam melakukan tes PCR dengan jumlah penduduk sekitar 52 juta.
\"Kebetulan penduduk Jawa Barat mirip jumlahnya sekitar 50 juta, jadi target kita itu untuk menemukan peta persebaran Covid-19 adalah mengetes kepada yang diwaspadai dan dicurigai sebanyak 300.000,\"
Sejauh mana keandalan tes kit reagen PCR karya anak negeri ini?
Simak pembahasan lebih lengkap bersama dengan Direktur Pemasaran, Penelitian dan Pengembangan PT Bio Farma Sri Harsi Teteki, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (BPPT) Soni Solistia Wirawan, serta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.