JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah gelombang unjuk rasa, dan pandemi Covid-19, seratus 56 tenaga kerja asing asal Tiongkok, tiba di Kendari Sulawesi Tenggara, 23 Juni lalu.
Sejumlah pemeriksaan kesehatan dilakukan. Yakni rapid test di kantor kesehatan pelabuhan, Kendari.
Dan pemeriksaan kesehatan lanjutan, secara tertutup, yang disiapkan perusahaan tempat TKA bekerja, pada selasa malam.
Tenaga kerja asing asal Tiongkok ini, rencananya akan bekerja di pabrik pemurnian nikel, Morosi, Kabupaten Konawe.
Sebelumnya, gelombang pertama dari total 500 tenaga kerja asing asal tiongkok ini, tiba di bandara Haluo-Leo Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan pengawalan ketat polisi.
Pasalnya, kedatangan ratusan tka asal tiongkok ini mendapat penolakan keras warga.
Warga konawe, sulawesi tenggara, memblokade jalan menuju pabrik nikel, tempat para TKA ini bekerja.
Mereka memprotes izin yang diberikan kepada tenaga kerja asing, di tengah pandemi virus corona. Aksi unjuk rasa, juga berujung ricuh.
Aksi penolakan ini bukan pertama kalinya. Pada Maret lalu, protes serupa juga terjadi saat 49 tenaga kerja asing tiba di kendari.
Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, juga sempat menolak kedatangan mereka.
Namun 2 bulan berlalu, sikap gubernur berubah. Alasannya agar dapat menyerap tenaga kerja lokal.
Ketua DPR RI, puan maharani pun berusaha menenangkan warga pengunjuk rasa.
Namun pendapat berbeda justru keluar dari anggota komisi bidang kesehatan dan ketenaga-kerjaan DPR.
Pemerintah menyebut, kedatangan total 500 TKA, demi mempercepat pembangunan Smelter, berteknologi buatan Tiongkok di Konawe.
Setelah gelombang pertama. Gelombang ke-2 TKA Tiongkok, rencananya akan tiba pada 30 Juni. Dan gelombang ke tiga, pada 7 Juli 2020.
Dua perusahaan yang akan mempekerjakan 500 tka tersebut adalah perusahaan pengolahan hasil tambang atau smelter asal Tiongkok.
Yakni PT Virtue Dragon Nickel Industry, dan PT Obsidian Stainless Steel, di Sulawesi Tenggara.