KOMPAS.TV - Hingga saat ini, 5 bulan diterpa pandemi yang merenggut 4.700 lebih nyawa, menghancurkan hati puluhan ribu keluarga karena kerabat mereka meninggal, memporak-porandakan perekonomian masyarakat dan negara, masih saja ada perdebatan soal seberapa berbahayanya covid-19.
Namun, kita harus mau mengakui, muara sikap masyarakat ini berasal dari respons Pemerintah yang pada awal pandemi jelas terlihat menyepelekan risiko dan gagal mengkalkulasi dampak pandemi.
Saat ini, tentu sudah ada perubahan.
Namun toh, untuk membuat para pejabat berdisiplin mengenakan masker saja, tampak sulit.
Hingga kemarin, ketika bahkan sudah menjalani tes swab karena bertemu dengan Wakil Wali Kota Solo yang positif covid-19, Presiden Joko Widodo masih saja ada di tengah beberapa orang, mengenakan masker secara tidak benar.
Hanya menutup mulut dan tetap membiarkan hidung terbuka.
Tanpa persepsi risiko yang sama di antara seluruh masyarakat Indonesia, tenaga kesehatan lah yang bakal jadi korban.
Makin banyak kasus covid-19, makin tinggi risiko yang harus ditanggung para tenaga kesehatan kita.
Jika tidak ada upaya menyokong kerja mereka dengan menekan semaksimal mungkin angka infeksi, jika tidak ada komitmen menjaga kesehatan dan keselamatan mereka di tengah paparan virus nyaris tanpa henti, saat giliran kita yang tertular, siapa yang akan merawat?