HULU SUNGAI TENGAH, KOMPAS.TV - Menulis dan membaca puisi,
Ini lah cara kosim Pria berusia 50 tahunan ini untuk mencurahkan rasa cintanya pada seni dan kelestarian alam.
Keprihatinannya pada pemanfaatan alam yang berlebihan, membuatnya tergerak untuk berperan menjaganya.
Lahir di Ciamis, Bandung, Jawa Barat, Ia merantau dan pada tahun 1980 bekerja sebagai Petugas Survei Lapangan di pegunungan meratus pada sebuah perusahaan tambang.
Keindahan Meratus yang begitu subur dengan kaya akan Flora dan Fauna yang dimiliki, serta mayoritas penduduk yakni Suku Dayak yang baik dan lugu. Membuatnya tak tega jika Meratus rusak akibat Eksploitasi Alam yang kebablasan.
Kini tinggal dan menjadi warga pegunungan Meratus yang berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, menjadi bagian nafas dan kehidupan Kosim.
Kosim menetap di Kaki Pegunungan Meratus, tepatnya di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur.
Hatinya pun tertambat dengan mempersunting gadis Suku Dayak sebagai teman hidup.
Dari hasil kerjanya ia membeli lahan Puluhan hektare yang semula tandus menjadi perkebunan.
Berkat usaha dan ketekunannya, kosim kini telah menanam hingga puluhan ribu bibit pohon.
Beragam pohon ia miliki, diantaranya Meranti.
Ia menanam dan merawat pepohonan yang ditanamnya bersama warga sekitar.
Sebagian bibit pohon ia jual terutama ke Perusahaan Tambang untuk program penghijauan.
Tapi ia juga bersedia memberikan cuma cuma Bibit Pohon pada masyarakat sebagai edukasi cinta lingkungan.
Di usia yang tidak muda lagi, Kosim terus menulis puisi.
Sebanyak 102 puisi telah ia tulis, diantaranya tentang kehidupan dan keindahan alam Meratus, sebagai pesan terutama untuk Generasi Muda, agar selalu sadar betapa berharganya alam untuk anak cucu generasi selanjutnya.