KOMPAS.TV - Pemerintah Prancis meningkatkan level pengamanan ke level tertinggi pasca serangan yang terjadi di kota Nice dan menewaskan 3 orang.
Untuk mencegah serangan serupa, Prancis mengerahkan 7.000 tentaranya untuk menjaga sejumlah lokasi yang berpotensi menjadi sasaran penyerangan.
Pemerintah Prancis juga sempat meminta warganya untuk menghindari daerah di pusat kota pasca terjadinya serangan.
Sementara itu penduduk kota Nice di Prancis, terus menyampaikan dukacita kepada 3 orang yang tewas dalam peristiwa penyerangan di sebuah gereja.
Warga yang berduka berkumpul di luar Basilika Notre Dame dan menyalakan lilin. Rangkaian bunga juga terus berdatangan di luar Basilika. Serangan ini juga telah mendorong pemerintah Prancis untuk menaikkan status siaga keamanannya.
Pernyataan Presiden Prancis Emanuel Macron yang dianggap menghina Islam mendapat kecaman dari berbagai belahan dunia, salah satunya Indonesia.
Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Luar Negeri menyatakan telah memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard pada selasa kemarin (27/10/2020)
Kepada Duta Besar Olivier pemerintah menyatakan kecamannya terhadap pernyataan Presiden Macron.
Insiden penikaman di Gereja Notre Dame, Basilica, Nice, Prancis, terjadi 2 pekan setelah insiden serupa, menewaskan seorang Guru di Utara Prancis karena menunjukkan kartun nabi muhammad saat mengajar di kelas, 16 Oktober lalu.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan Prancis sedang diserang karena nilai-nilai kebebasan dan keinginannya untuk tidak menyerah pada teror.
Terkait kondisi terkini Prancis pasca penyerangan, simak dialog berikut bersama Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Arrmanatha Nasir.