PALEMBANG, KOMPAS.TV-
Sedikit yang tahu jika hasil kerajinan tas blongket ini adalah hasil karya para penyandang disabilitas di Kota Palembang. Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam komunitas kreatif difabel ini, mampu membuktikan jika keterbatasan fisik tidak menghentikan ide kreatif mereka, apalagi di tengah masa pandemi Covid-19 seperti saat ini
Adanya bisnis tas blongket yang diproduksi langsung oleh para difabel ini merupakan suatu bentuk gerakan amal dan kemanusiaan di bidang usaha ekonomi yang digagas oleh asosiasi pelaku UKM disabilitas. Pasalnya banyak para difabel yang memiliki usaha dan keahlian menjahit namun masih belum terarah dari sisi bisnis.
Sejak dibentuk dua tahun yang lalu, 75 orang penyandang tuna rungu ini sudah mampu memproduksi tas blongket secara mandiri dengan peralatan sederhana.
Tas berbahan blongket atau blongsong songket menjadi salah satu kerajinan dari Kota Palembang yang banyak diburu masyarakat di tengah masa pandemi ini. Berbeda dari penggunaan bahan tas pada umumnya tas yang diproduksi oleh komunitas kreatif difabel Palembang ini menggunakan bahan kain yang harganya cukup mahal di pasaran.
Cara pembuatannya pun hampir sama dengan pembuatan tas pada umumnya. Bahan kain blongket dipotong sesuai dengan pola yang telah dibuat sebelumnya. Bahan kemudian dijahit menggunakan mesin hingga membentuk pola tas. Setelah itu barulah dipasangi beberapa perlengkapan lainnya seperti tali tas.
Produksi tas berbahan blongket yang dilakukan oleh komunitas kreatif difabel sudah mulai dilakukan sejak dua tahun terakhir. Pemasaran tas blongket ini dilakukan secara individual ke masyarakat sekitar. Namun belakangan, di tengah masa pandemi ini penjualan dilakukan secara daring.
Dalam sehari, para anggota komunitas kreatif difabel mampu memproduksi sebanyak 5 buah tas. Untuk satu buah tas berbahan blongket ini dibanderol dengan harga Rp 350 ribu.