JAKARTA, KOMPAS.TV - Dua puluh tiga tersangka teroris yang ditangkap di Lampung tiba di Bandara Soekarno-Hatta, pada Rabu siang.
Mereka adalah tersangka teroris yang tergabung dalam kelompok Jemaah Islamiyah.
Dua puluh tiga tersangka teroris tiba dengan pengawalan ketat Tim Densus 88 Antiteror Polri.
Satu per satu tersangka kemudian diturunkan dari pesawat yang membawa mereka dari Lampung.
Mereka adalah pelaku teror yang terlibat dalam sejumlah aksi terorisme di Indonesia.
Sebelumnya, 23 tersangka teroris kelompok jemaah islamiyah ini ditangkap di Lampung.
Dua di antara mereka teroris yang paling dicari Polri selama belasan tahun, yaitu Zulkarnaen dan Upik Lawanga.
Sementara 21 tersangka lain memiliki keterkaitan dengan Zulkarnaen dan Upik Lawanga.
Ke-23 tersangka dibawa dari Bandara Raden Inten, Lampung, dengan pengawalan ketat pasukan Densus 88 Anti Teror dengan persenjataan lengkap.
Salah satu teroris yang ditangkap adalah Zulkarnaen.
Zulkarnaen adalah dpo polri selama 18 tahun sampai akhirnya ditangkap pada 10 Desember lalu di Lampung Timur.
Zulkarnaen merupakan otak dari peledakan bom Bali I di tahun 2002, bom Marriot pertama di tahun 2003, dan bom Bali II tahun 2005.
Zulkarnaen juga memiliki kemampuan merakit senjata api dan bom berdaya ledak tinggi.
Selain itu, dia juga merupakan pelatih akademi militer di Afghanistan selama tujuh tahun.
Selain itu, ada pula tersangka teroris Upik Lawanga yang ditangkap pada 23 November 2020 di Lampung.
Taufik Bulaga alias Upik Lawanga disebut sebagai penerus dari teroris Doktor Azahari yang sudah meninggal, karena kemampuannya merakit bom berdaya ledak tinggi.
Upik Lawanga terlibat sejumlah aksi peledakan bom di Tanah Air di antaranya, bom di GOR Poso dan Pasar Tentena yang menewaskan puluhan orang.
Dari Bandara Soekarno-Hatta, dua puluh tiga tersangka teroris kelompok Jemaah Islamiyah ini kemudian dibawa ke Cikeas, Bogor.
Tepatnya, mereka akan ditahan di rutan teroris di Mako Pusat Latihan Brimob, di Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.