JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menyebutkan, sebuah pesawat jatuh penyebabnya tidak selalu sama.
"Penyebab jatuh bisa berbeda-beda," kata Gerry saat diwawancara "Breaking News" Kompas TV, Sabtu (9/1/2021).
Namun setidaknya, kata Gerry, ada tiga sebab. Pertama karena cuaca, kedua karena disorientasi kru dan ketiga karena kesalahan teknis.
Gerry juga menyebutkan, usia pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 sekitar 26 tahun. "Rata-rata masih baik,"katanya.
Sebelumnya, Pesawat Sriwijaya Air SJY-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak, Sabtu (9/1/2020).
Badan SAR Nasional (Basarnas) membenarkan pesawat hilang kontak sekitar pukul 14.55 dan jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, 3 mil dari Tanjungkait, Tangerang, Banten.
Informasi dari Basarnas menyebutkan, mereka mendengar distress signal JATC di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang.
Aparat juga bergerak untuk memastikan laporan masyarakat tentang benda yang jatuh di laut.
Saat ini Basarnas juga sudah membuka Posko di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2. Malam ini Basarnas bergerak ke lokasi. "Namun hambatannya adalah visibility," kata Deputi Operasional dan Kesiapsiagaan Basarnas Bambang Suryo Aji dalam konferensi pers, Sabtu (9/1/2021).
Basarnas juga belum bisa memastikan terkait suara ledakan dan penemuan benda di sana. "Mengenai suara ledakan kami konfirmasi dulu," katanya.
Namun Bambang memastikan, Basarnas menerima laporan penerbangan SJ 182 itu hilang kontak sekitar pukul 14.55. "Setelah pelajari, kita cepat koordinasi dengan Cengkareng," kata Bambang. Basarnas juga sudah berangkat ke titik lokasi antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, sekitar 3 mil dari Tanjungkait, Tangerang, Banten.