LAMPUNG, KOMPAS.TV Nurhudin (59) merupakan kepala keluarga yang harus menghidupi seorang istri dan empat orang anak dengan keterbatas ekonomi. Ia bersama keluarga harus rela bertahun tahun menampati gubuk tua berukuran 4x6 meter tanpa kamar dan tempat tidur.
Tempat tinggal yang hanya dibatasi setengah dinding dan berlantai tanah disetiap ruangan ini juga memiliki atap yang juga sudah tidak layak. Bahkan disaat musim penghujan ia harus beristirahat diantara kucuran air yang menetes dari atap rumahnya yang bocor.
Selain kondisi rumah yang tidak layak huni itu, tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) sangat tidak sehat, begitu juga untuk penerangan rumah, Nurhudin hanya mengandalkan listrik dari tetangganya. Parahnya lagi, di usia senjanya. Nurhudin harus merawat dua anaknya yang butuh perlakukan khusus atau disabilitas karena menderita Down Syndrom.
Kedua putra Nurhudin bernama Andrian Saputra (22) dan Agil Man (16) mengalami keterbelakangan mental sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah seperti teman-temannya, dikarnakan keduanya malu dengan teman sebayanya.
Untuk menghidupi keluarganya, Nurhudin sebagai petani kebun kopi dengan penghasilan tidak menentu, terkadang sehari-harinya dia juga sempatkan untuk upahan apa saja yang bisa menghasilkan uang, agar keluarganya dapat memenuhi pangan keluarganya.
Kondisi kehidupanya yang memperihatinkan ini, Nurhudin bersama keluarga mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah dan para dermawan untuk membantu meringankan ekonomi keluarganya.
#potertkemiskinan #downsyndrome #pedulisesama