Jadi Negara Agraris, Kenapa Minat Pemuda Indonesia Untuk Bertani Malah Sedikit?

KompasTV 2021-07-31

Views 1.1K

JAKARTA, KOMPAS.TV Indonesia adalah negara agraris karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.

Berdasarkan data BPS tahun 2018, sebesar 29,76% dari jumlah penduduk bekerja Indonesia berada di sektor pertanian, atau 38,23 juta dari 127,45 juta penduduk bekerja. Meski demikian, jumlah itu didominasi oleh kelompok usia tua.

Selain itu, Indonesia juga memiliki lahan pertanian yang cukup besar, yakni sebesar 7.473.948 HA.

Meski demikian, minat para pemuda Indonesia untuk menjadi petani juga terbilang kurang.

Yava Liska, dua orang anak muda ini mengaku tak ingin menjadi petani lantaran penghasilannya yang sedikit.

"Enggak.. alasan ku, karena petani bekerja di bawah sinar matahari, gajinya sedikit, terus kalo gagal panen nomboknya besar", ungkap Yava kepada Kompas TV.

Senada dengan Yava, Liska pun tak ingin bekerja di bidang pertanian karena alasan yang sama.

"Kurang begitu niat, karena petani kerjanya capek dr pagi sampe sore, penghasilannya sedikit dan sangat bergantung pada musim", pungkasnya Liska.

Kekhawatiran anak muda tersebut juga beralasan. Data BPS 2021 mencatat, upah rata-rata bagi pekerja di sektor pertanian terbilang rendah, yakni sekitar 1,93 juta rupiah per bulan, atau hampir 50 persen dari upah rata-rata sektor pertambangan.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Hermanto Siregar mengatakan, kecilnya minat anak muda terhadap pertanian terjadi karena dua hal.

"Memang anggapan yang salah bahwa pertanian hanya di on farm, artinya hanya budidaya saja dan itu dilakukan secara tradisional atau gurem", kata Hermanto.

"Tingkat pendidikan di desa rata-rata terbatas sehingga mereka lebih tertarik untuk pergi ke kota, sebab mereka tidak tahu peluang pertanian itu sebetulnya bukan hanya di on farm tapi juga dalam pengolahan sampai pendistribusian ataupun logistiknya", tambahnya.

Menurutnya, untuk meningkatkan minat anak muda menjadi petani, harus dimulai dari pengembangan pertanian itu sendiri.

"Tidak hanya sebagai on farm atau budidaya tetapi sebagai suatu rantai nilai. Rantai nilai artinya termasuk disana pengolahan hasil yang memberikan nilai tambah yang tinggi, logistik sistemnya, distribusinya dan jasa-jasa lain terkait dengan pengusahaan produk-produk pertanian itu", pungkasnya.

Share This Video


Download

  
Report form