BREBES, KOMPAS.TV - Dua keluarga di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hidup memprihatinkan karena tinggal di sebuah gubug tak layak huni. Setiap malam mereka merasakan kedinginan karena gubug terbuat dari bilik bambu. Sementara saat turun hujan, tempat tinggal mereka sering kebanjiran.
Gubug berukuran 5 x 6 meter menjadi tempat tinggal dua keluarga warga Desa Ketanggungan, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes. Seharusnya gubug ini sudah tak layani huni karena material bangunan yang terbuat dari kayu lapuk akibat dimakan usia. Penghuni gubug ini sering kedinginan saat malam hari karena kondisi gubug terbuat dari bilik bambu yang sudah berlubang. Selain itu setiap kamar hanya disekat selembar kain dan tidak ada kasur untuk tidur. Apalagi saat turun hujan, air selalu menggenangi bagian lantai gubug. Bahkan saat ini lantai rumah sebagain besar tertutup lumpur kering, sisa banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu. Namun karena hidup selalu kekurangan, mereka tidak punya pilihan lain selain tinggal di gubug ini.
Penghuni gubug, Warjoni, mengatakan dalam gubug tersebut berisi dua keluarga berjumlah enam orang. "Ditempati saya dengan kakak saya. Didalam adik saya dengan anaknya," katanya.
Sementara itu Kepala Desa Ketanggungan, Sofani mengaku sudah mengajukan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni atau RTLH. Bantuan diajukan melalui dana desa, namun saat ini bantuan tidak dapat dialokasikan karena digunakan untuk penanganan Covid-19. "Sudah kami ajukan melalui aspirasi maupun melalui dana desa. Namun dana desa untuk dua tahun ini kami tidak bisa anggarkan untuk bantuan rumah tidak layak huni (RTLH), karena dana desa untuk sementara kami gunakan untuk kesehatan selama pandemi," katanya.
Untuk menghindari banjir, keluarga ini membangun kamar panggung sejak tiga tahun terakhir, itupun kondisinya tidak layak huni. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para kepala keluarga dari dua keluarga ini hanya bekerja serabutan sebagai buruh bangunan.
#rumahtaklayak #bupatibrebes #ganjarpranowo