KOMPAS.TV - Badan Riset dan Inovasi Nasional mengaku belum menemukan indikasi dampak kontaminasi zat parasetamol di Teluk Jakarta terhadap kehidupan manusia.
Namun kontaminasi parasetamol di lautan berdampak pada proses reproduksi biota laut.
Para peneliti Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional menegaskan, riset yang berlangsung selama perioden 2017 hingga 2020 itu baru temuan awal sehingga perlu penelitian lanjutan.
Sejauh ini, kontaminasi parasetamol di lautan berdampak pada proses reproduksi biota laut.
Meski tak ditegaskan dalam penelitian, kontaminasi ini diduga berasal dari banyak sumber salah satunya pengolahan limbah farmasi yang tidak memadai.
Baca Juga DLH DKI Jakarta Ambil Sempel Air Laut yang Terceram Paracetamol di https://www.kompas.tv/article/218005/dlh-dki-jakarta-ambil-sempel-air-laut-yang-terceram-paracetamol
Dalam penelitian di empat titik, Badan Riset dan Inovasi Nasional menemukan 2 lokasi dengan kontaminasi parasetamol tinggi yakni di kawasan Angke dan Ancol, Jakarta Utara.
Terkait pencemaran teluk jakarta oleh zat paracetamol Pemprov DKI jakarta telah mengambil sampel dan masih menunggu hasil penelitian yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup DKI jakarta selama 14 hari.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di gedung Balai Kota Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (04/10) siang.
Pemprov DKI Jakarta juga memberi sanksi jika ada unsur kelalaian atau ada unsur dengan sengaja membuang limbah di Teluk Jakarta.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/218380/brin-temukan-laut-di-kawasan-angke-dan-ancol-terkontaminasi-parasetamol-tinggi