ACEH, KOMPAS.TV - Di celah antara dua tembok bangunan ini, hidup sebatangkara, seorang warga lansia, Muhammad Thaib.
Sepuluh tahun sudah sang kakek warga Dusun Mawar, Desa Gampong Keuramat, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh Ini, hidup di gubuk yang tak layak huni.
Gubuk berukuran dua meter ini terbuat dari triplek dan seng bekas, serta kain untuk menutup lubang pintu.
Didalamnya hanya terdapat tempat tidur usang yang ditutup kelambu.
Baca Juga Tinggal di Gubuk Reyot Dekat Kandang Ayam, Mak Unah Dapat Bantuan dari Presiden Jokowi di https://www.kompas.tv/article/255407/tinggal-di-gubuk-reyot-dekat-kandang-ayam-mak-unah-dapat-bantuan-dari-presiden-jokowi
Tiada kamar mandi, atau dapur.
Untuk kebutuhan air bersih, sang kakek terpaksa menumpang ke asrama mahasiswa yang letaknya tak jauh.
Bukan hanya itu, ia pun sehari-hari tidak dapat menikmati penerangan, karena gubuk miliknya tidak dialiri listrik.
Ketika malam tiba sang kakek sendiri dalam gelap, dan tak jarang kebasahan jika hujan turun.
Thaib mengaku terpaksa tinggal di gubuk tak layak huni, karena ini lah satu-satunya tempat yang ia miliki.
Ia pun tidak memiliki penghasilan tetap, di usia yang tak lagi muda.
Sementara itu pihak desa mengaku telah mengusulkan bantuan rumah layak huni ke Baitul Mal Kota Banda Aceh dan dinas terkait, namun hingga saat ini belum ada realisasi.
Alasannya, lahan yang dimiliki Thaib dengan ukuran 2 x 30 meter tidak sesuai syarat untuk pembangunan rumah bantuan layak huni dari pemerintah.
Kini sang kakek, hanya berharap bantuan dan belas kasih dari dermawan dan pemerintah.
Jangankan untuk membangun rumah, untuk mengisi perutnya yang kosong pun, ia kerap tidak sanggup.
Pertolongan dari warga sekitarlah yang bisa ia andalkan saat ini.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/258269/hidup-sebatangkara-seorang-lansia-di-aceh-tinggal-di-gubuk-bertutup-kelambu-dan-tanpa-listrik