SEMARANG, KOMPAS.TV - Pondok Pesantren Istigfar Tombo Ati yang berdiri di Kampung Perbalan, Purwosari Kota Semarang ini, tergolong cukup unik karena sebagian besar santrinya adalah mantan preman atau yang pernah berurusan dengan kriminal. Jika dilihat dari depan, arsitektur pondok pesantren ini berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya.
Di pintu masuk terdapat tulisan atau kalimat yang berarti mendalam. Tidak itu saja, di dinding pondok pesantren juga terdapat patung naga yang terpotong dengan usus terburai yang menggambarkan agar manusia jangan berjiwa sombong. Usus terburai sendiri dengan maksud berbuatlah dengan hati dan suka bersedekah. Rata-rata santri di sini mengenakan baju celana hitam dengan dalaman kaos putih dan terkandung maksud banyak orang menilai luarnya padahal hatinya baik.
Banyak perjuangan yang dilakukan Gus Tanto untuk membesarkan pondok pesantrennya yang berdiri sejak tahun 2004 untuk mengajak mereka yang selama ini bergelut di dunia hitam untuk bertobat, tidaklah mudah.
"Tetap saja, yang namanya dunia hitam tetap menghantui saya. Sampe akhirnya tahun 2006 saya mengenal pondok ini, Pondok Istigfar Tombo Ati. Saya diasuh dengan kyainya, kyai Gus Tanto. Alhamdulillah sampai sekarang," ucap Kisno, santri.
"Disaat dia mabuk, minum-minuman bersama-sama, saya belikan makanan. Dia melihat, nyatanya orang islam masih mau peduli sama kita-kita yang peminum. 'Kita salah tapi kenapa dia mau ya', dengan adanya, kalau jawanya itu witing tresno margo kulino, karena kita senang mendekat artinya dia tertarik," ujar Gus Tanto, pengasuh Ponpes Istigfar Tombo Ati.
Cara lain yang digunakan Gus Tanto menyadarkan para preman dengan pendekatan kemanusiaan dan memberi perhatian, sehingga preman akan terketuk hatinya dan dengan sadar mau bertobat. Seperti pondok pesantren pada umumnya, banyak kegiatan keagamaan yang di gelar dipondok pesantren ini. Selain salat juga ada tausiah dan tadarus selama bulan suci Ramadan.
#ponpesistigfartomboati #kampungperbalan #mantanpreman
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/279155/ponpes-istigfar-tombo-ati-dahulu-santrinya-berurusan-kriminal