SEMARANG, KOMPAS. TV - Banyak cara dilakukan warga untuk membangunkan sahur, salah satunya seperti yang dilakukan warga di Kampung Temenggungan, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di sini, warga membangunkan sahur dengan Kesenian Khe Ding Cong, yang berasal dari Tionghoa.
Khe Ding Cong ini, biasanya digunakan untuk memohon keselamatan, saat membuka jalan di waktu kirab upacara warga Tionghoa. Gerobak yang digunakan juga dipasangi lima bendera mewakili unsur emas, kayu, tanah, air, dan api. Ada dupa yang merupakan lambang keserasian dalam menjalani kehidupan.
"Dulunya untuk kirab, pembuka jalan, untuk memohon keselamatan, maka ada lima unsur bendera mewakili unsur emas, kayu, tanah, air, dan api untuk keserasian dulunya," ucap Pandita Dhamma Amaro, warga.
Warga yang memainkan musik Khe Ding Cong, tersebut berasal dari Paguyuban Mudita Irsa atau muda-mudi Temenggungan Irawan Satu anggotanya juga beragam, ada yang Muslim, Budha, Kristen dan Katolik.
Musik Khe Ding Cong untuk membangunkan sahur ini mulai rutin dilaksanakan sejak Ramadan 2020, wujud kebersamaan dan toleransi warga jadi secara sukarela berkeliling kampung setiap hari selama Ramadan.
"Sahur menggunakan Khe Ding Cong ini merupakan kolaborasi dan toleransi karena ini kesenian dari berbagai macam agama, ada kesenian Jawa, Cina dan itu sangat bermanfaat buat masyarakat di lingkungan karena kalau kebetulan libur menanyakan, ko ora mlaku nopo," ujar Ustaz Zaenal Ma'arif, tokoh agama.
Warga Temenggungan yang menjalankan ibadah puasa merasa terbantu dengan adanya Khe Ding Cong. Musik tersebut bermanfaat untuk membangunkan sahur.
#sahur #toleransi #semarang
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/283164/wujud-toleransi-bangunkan-sahur-dengan-khe-ding-cong