JAKARTA, KOMPAS.TV - Nasaruddin Umar tak menyangka dirinya dipilih oleh Presiden Jokowi menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal.
Ia juga merasa heran mengapa dirinya yang diminta menjadi pemimpin Istiqlal sementara banyak seniornya yang lebih mampu.
Namun, pada akhirnya ia menerima penunjukkan sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal karena menurutnya tidak etis menolak mengurus rumah Allah.
Baca Juga Lebih Dekat dengan Uskup Agung Jakarta: Cita-Cita Jadi Polisi, Kardinal Perajut Persaudaraan di https://www.kompas.tv/article/244846/lebih-dekat-dengan-uskup-agung-jakarta-cita-cita-jadi-polisi-kardinal-perajut-persaudaraan
Cita-cita Nasaruddin Umar adalah menjadi dokter. Di masa kecil ia sering ikut bersama pamannya menjadi mantri. Namun, ayahnya malah menyekolahkannya di pondok pesantren. Hingga ia bergelut memimpin masjid dari beberapa wilayah sampai menjadi Imam di Imam Centre Amerika.
Di masa kepemimpinan Nasaruddin Umar, Masjid Istiqlal untuk pertama kalinya direnovasi sejak 42 tahun lamanya. Dengan renovasi besar-besaran, wajah Masjid Istiqlal menjadi lebih bersih, lebih indah, ramah lingkungan dan ramah bagi masyarakat difabel, orangtua dan milenial.
Bagi Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, toleransi merupakan hal yang paling dibanggakan dari Indonesia. Toleransi menurutnya adalah kesediaan memahami perbedaan dengan orang lain.
Menurutnya, Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menekankan aspek persatuan. Bangsa Indonesia mempunyai budaya toleransi yang harus dipelihara.
Content Creator: Sadryna Evanalia
Campers: Okke & Syahruddin
Video Editor: Arief Mugu
Video Grafis: Agus Ilyas
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/285068/lebih-dekat-dengan-imam-besar-masjid-istiqlal-bercita-cita-jadi-dokter-gigih-menebar-toleransi