KOMPAS.TV - Sebenarnya semua akar permasalahan pupuk naik ada di perang Rusia Ukraina. Dari kedua negara ini sumber daya alam minyak dan gas banyak. Gara-gara perang, dua-duanya akhirnya membatasi pengiriman minyak dan gas suplai kurang padahal demand sedang tinggi, akhirnya harga komoditi ini melambung.
Padahal keduanya amat penting pada produksi bahan baku pupuk.
Ditambah, Ukraina itu adalah penghasil bahan baku pupuk terbesar di dunia.
Nah karena suplainya lagi seret, akhirnya beberapa negara memutuskan untuk membatasi ekspor mereka karena tentu negara-negara tersebut lebih baik memenuhi kebutuhan dalam negerinya terlebih dulu.
Mahalnya pupuk ini bisa membuat lingkaran setan atau istilah kerennya supercycle.
Tidak hanya berdampak ke bahan pangan tapi juga ke harga ayam misalnya.
Jadi pupuk mahal, harga jagung pasti dinaikkan untuk biaya operasional petani, jagung adalah pakan ternak jadi ujung-ujungnya pasti harga ayam juga ikut naik.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi ini?
Bersama Ekonom INDEF Ahmad Heri Firdaus kita akan membahasnya.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/308766/indonesia-masih-bergantung-pada-pupuk-impor-sebabkan-harga-pangan-sulit-turun