Permintaan gerabah untuk keperluan upacara mengalami peningkatan sejak melonggarnya aturan pembatasan pandemi covid-19.
Salah satu pelaku usaha gerabah di Banjar Basang Tamiang Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Ni Ketut Arsani, menuturkan kegiatan adat mulai nampak terlihat di masyarakat sehingga berpengaruh pada permintaan gerabah.
"Memang permintaan telah mengalami peningkatan sampai saat ini sebesar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya, jelasnya.
Kata Arsani, pesanannya mulai jenis produk gerabah dengan bentuk dan ukuran beragam dengan harga bervariasi, tergantung bentuk maupun ukuran.
"Beragam jenis gerabah dipesan, khususnya untuk kebutuhan upakara mulai berjenis Carat Coblong, Payuk Pere, Senden, dan jenis Paso," katanya belum lama ini.
Dalam sehari, dirinya mengaku mampu memproduksi ratusan gerabah dari berbagai ukuran dan bentuk melibatkan beberapa tenaga kerja.
"Untuk gerabah berjenis coblong misalnya, dapat diproduksi 500 biji per hari, sedangkan gerabah ukuran besar seperti paso paling banyak 100 biji per hari dengan satu orang tenaga kerja", paparnya.
Permintaan pesananannya bserasal dari seluruh daerah di Bali. Ia berharap kepada Pemerintah terkait agar dapat membantu fasilitasi mesin pembuat gerabah sehingga dalam proses produksi makin cepat karena saking banyaknya permintaan.
"Harapan agar Pemerintah dapat membantu mesin pembuatan gerabah ini, agar tidak manual lagi seperti mesin yang saat ini kami gunakan. Dengan adanya mesin tersebut, setidaknya akan mampu membatu proses pembuatan kerajinan gerabah lebih cepat selesai. Selain itu, nantinya akan mampu meningkatkan produksi serta pekerjaan akan lebih gampang dilakukan. Saat ini saya hanya memiliki alat pembuat gerabah tradisional sebanyak dua unit saja," harapnya.