TEMPO.CO - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan saat ini tengah menjalani perawatan mata di Singapura. “Dua hari di Singapura, yang kiri di operasi itu, tiba-tiba ada pendarahan di dalam,” ujar Novel.
Mata Novel rusak setelah disiram air keras pada Subuh, 11 April 2017. Sudah 2,5 tahun, penyiram air keras terhadap Novel tak kunjung terungkap. Kini, Novel justru diserang di media sosial terkait penyiraman itu.
Novel menduga, serangan opini yang gencar dilakukan terhadapnya di media sosial tersebut, terorganisir. “Kalau saya lihat, karena ini sudah terus menerus dibuatnya, berkelanjutan dan momentumnya selalu bersamaan dengan serangan KPK lainnya, saya yakin terogranisir,” ujar Novel saat dihubungi Tempo pada Selasa, 5 November 2019. Kini Novel harus berjuang menghadapi ancaman kebutaan akibat siraman air keras itu. Tempo mendapat salinan rincian laporan medis terkait kondisi mata penyidik yang mengungkap kasus-kasus kakap di KPK itu.
Laporan medis Novel dari Klinik Eye & Retina Surgeons, Singapura, pada 26 Mei 2017, mencatat bahwa Novel pertama kali datang ke klinik itu pada 12 April 2017. Saat itu, Novel dipindahkan setelah menjalani perawatan karena cedera kimia asam sulfat di Jakarta Eye Centre pada 11 April, pukul 5 pagi.
Laporan medis itu juga menuliskan ada luka bakar ringan sampai sedang pada wajah dan kelopak mata yang telah dirawat. Cedera kimiawi melibatkan kedua mata. "Ketajaman visualnya masing-masing adalah 6/24 dan 6/15 pada mata kanan dan kiri," tulis laporan medis itu.
Pada pemeriksaan, ada permasalahan 90 persen di bagian jaringan atas para epitel batas kornea yang hilang, karena adanya iskemik (terhambatnya aliran darah pada pembuluh darah mata yang mengakibatkan kematian jaringan) di limbal (batas warna pada kornea) yang terjadi pada mata kiri.
Pada mata kanan, kornea agak membengkak dengan lipatan membran descemet. Ruang bagian depan dalam dan kosong, dan tidak ada kekeruhan lensa. Di mata kiri tidak ada pembengkakan kornea, tetapi tercatat kekeruhan lensa capsular anterior.
Pemeriksaan fundusnya melebar biasa-biasa saja dengan cakram optik merah muda pada kedua bagian dan retina normal. Tekanan intraokularnya (bola mata) adalah 22mmHg dan 44mmHg masing-masing di mata kanan dan kiri, menunjukkan sekunder glaukoma di mata kirinya.
Novel kemudian dirawat di Singapore General Hospital untuk perawatan dan observasi di hari yang sama. Penanganan dilakukan oleh dokter dari Singapore National Eye Centre dan unit SGH Burns, bedah plastik, dan layanan THT untuk luka bakar wajah dan hidungnya
Hingga Januari 2019, Novel sudah menjalani operasi mata sebanyak empat kali. Novel menuturkan, operasi keempat bertujuan untuk memotong jaringan di mata kiri guna melebarkan lubang lensa yang tertutup jaringan yang tumbuh. Jaringan mata kiri Novel sempat mati, sehingga harus diganti dengan jaringan gusi dan gigi. Pasca dioperasi, mata kiri Novel sudah bisa melirik dan bergerak ke kanan dan kiri, dia juga bisa membaca dengan kacamata plus empat.
“Tapi pandangan saya sekarang ini sempit, kayak melihat terpong itu. Tidak lebar. Lebar pandang itu sempit. Tapi lebih jelas melihat dengan mata kiri, yang kanan malah buram dan sensitif cahaya,” ujar Novel Baswedan menceritakan kondisi matanya terkini pada Selasa, 5 November 2019.
Subscribe: https://www.youtube.com/c/tempovideochannel
Official Website: http://www.tempo.co
Official Video Channel on Website: http://video.tempo.co
Facebook: https://www.facebook.com/TempoMedia
Instagram:https://www.instagram.com/tempodotco/
Twitter: https://twitter.com/tempodotco
Google Plus: https://plus.google.com/+TempoVideoChannel