KOMPASTV - Bentrok yang terjadi antara masyarakat adat Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba versus pekerja dan sekuriti PT Toba Pulp Lestari (TPL) masih jadi buah bibir di masyarakat Toba.

Dalam bentrokan tersebut ada 12 masyarakat adat Natumingka terluka, konflik antara masyarakat di tanah Batak versus TPL telah menjadi catatan sejarah yang cukup panjang. Semua masyarakat adat Natumingka hanya ingin tanah adanya tetap lestari, karena tanah adat ibarat ibu atau mama, tanah adat menjadi sumber kehidupan mereka.

Sekira 1600 hektar hutan dan alam di tanah yang mereka huni rusak, area ladang berganti menjadi deretan eukaliptus bahan dasar bubur kertas. PT Toba Pulp Lestari (TPL) berkilah sudah memiliki ijin resmi sehingga penanaman eukaliptus tak menyalahi regulasi. Masyarakat Natumingka ingin PT Toba Pulp Lestari (TPL) angkat kaki dan tak mengeksploitasi tanah adat Natumingka lagi.

Pun terjadi di masyarakat adat Pulau Sangihe Sulawesi, berbatasan dengan Filipina Sangihe memiliki luat 737 kilometer persegi, mungil namun melimpah akan sumber daya alamnya. Masyarakat Sangihe mengklaim tanah adatnya rusak akibat eksploitasi tambang emas.

Ikuti Berkas Kompas episode " Siapa Jaga Masyarakat Adat?"

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/376130/full-siapa-jaga-masyarakat-adat-berkas-kompas