BANJARBARU, KOMPAS.TV - Mandono, petani cabai keriting di Jalan Kurnia, Landasan Ulin Utara, Kota Banjarbaru, mengeluhkan serangan penyakit ditambah anjloknya harga.
Baca Juga Pagar Sekolah Polisi di Banjarbaru Roboh Diterjang Hujan dan Angin Kencang di https://www.kompas.tv/article/381732/pagar-sekolah-polisi-di-banjarbaru-roboh-diterjang-hujan-dan-angin-kencang
Kendati di musim hujan ini hasil panennya masih normal yakni 50 sampai 80 kilogram sekali panen dan dapat dipanen setiap minggu, harga cabai keriting hanya dikisaran Rp.15.000 per kilogram dari harga normal Rp.30.000 sampai Rp.50.000 per kilogram.
"Kalau hasil panennya sama saja, tapi kalau kurang semprotannya ini kena cacar, ini harus agak kuat obat pateknya. Harganya agak mendingan sekarang ini sekitar 15," ucap Mandono.
Sementara Sunarsih mengalami nasib lebih buruk karena alami gagal panen akibat tanaman cabainya terkena virus cacar.
"iya gagal panen karena cacar, penyebabnya apa belum tau sudah pakai bio m masih," keluh Sunarsih.
Sunarsih mengaku sudah menggunakan obat semprot dengan merk yang sama seperti petani lain
Ia juga sudah membuang cabai yang terserang virus di tempat yang jauh agar panen selanjutnya tidak tertular namun ternyata masih terserang virus cacar.
Baca Juga Deretan Kios di Banjarbaru ini Jual Hasil Panen Petani Lokal di https://www.kompas.tv/article/381383/deretan-kios-di-banjarbaru-ini-jual-hasil-panen-petani-lokal
Terjunnya harga cabai keriting sudah sejak bulan desember tahun 2022 dengan nilai yang lebih rendah yakni hanya Rp.8.000 sampai Rp.9.000 per kilogram.
Kondisi ini membuat petani kewalahan dan terkadang tidak mendapatkan keuntungan karena obat-obatan dan pupuk yang semakin mahal.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/382092/terserang-penyakit-harga-cabai-kering-petani-banjarbaru-anjlok