SOLO, KOMPAS.TV - Kirab Lampu Ting dimulai dengan iring-iringan prajurit dari dalam Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah, pada Selasa (11/4/2023) malam. Di belakangnya, abdi dalem pembawa lampu ting berjalan mengikuti arah rombongan.
Lampu ting adalah lampu minyak yang dipakai sejak zaman dahulu. Kirab Lampu Ting berjalan dari keraton, menyusuri jalanan hingga Taman Sriwedari.
Selain lampu ting, turut dibawa 1.000 tumpeng yang melambangkan malam 1.000 bulan. Semuanya didoakan oleh abdi dalem khusus, untuk kemudian dibagikan kepada semua yang hadir. Warga pun antusias untuk mendapatkan nasi tersebut.
Kirab ini merupakan penggambaran perjalanan Nabi Muhammad SAW saat turun dari Jabal Nur. Sedangkan lampu ting merupakan perlambang 1.000 bintang.
"Kita sebagai masyarakat Jawa yang beragama Islam bisa memaknai, apa arti daripada malam selikuran," ucap KGPH Dipokusumo, Pangageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta.
Sementara, bagi warga yang mendapat berkat berupa makanan, ini sangat menarik. Ada yang baru pertama mengalami dan merasa kagum dengan tradisi yang masih dijaga dengan baik ini.
"Masya Allah bagus banget. Saya belum tahu sebelumnya dan ini baru pertama kali tahu tradisi ini. Jadinya, kayak wah banget gitu," kata Puput Puspita Sari, warga.
Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun dalam kehidupan Keraton Kasunanan Surakarta. Ada banyak makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Sudah barang tentu kirab ini merupakan salah satu agenda rutin setiap bulan Ramadan.
Selain sebuah tradisi, kirab Lampu Ting merupakan sarana silaturahmi antara keraton dengan warga masyarakat.
#ramadan #tradisijawa #keratonkasunanansurakarta
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/398868/kirab-lampu-ting-sambut-malam-lailatul-qadar