JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Hamid Awaludin mengatakan ada inkonsistensi Presiden Joko Widodo saat putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka akhirnya maju menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Ketidakkonsistenan Jokowi ini menurut Hamid bisa dibawa ke standar moral, hukum, dan etik. Sebab, sampai saat ini tidak ada penjelasan Jokowi terkait sikapnya yang inkonsisten itu apakah disebabkan hal-hal yang sifatnya force majeure atau keadaan kahar pada suatu kejadian di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan.
Sebelumnya Jokowi membantah soal isu Gibran yang akan dicalonkan menjadi pasangan Prabowo di Pilpres 2024 (4/5/2023). Menurutnya, umur Gibran yang belum memenuhi kriteria batas usia capres-cawapres. Selain itu, Gibran baru dua tahun menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Maka, ungkapan tersebut dinilai tidak logis.
Namun berbeda pada 22 Oktober 2023, Jokowi menjawab bahwa sebagai orang tua hanya bisa mendoakan dan menyerahkan keputusan sepenuhnya pada Gibran.
Hamid Awaludin mengatakan dicalonkannya putra sulung Jokowi yakni Gibran Rakabuming Raka menjadi bacawapres Prabowo Subianto membuat hati Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan para kader terluka.
Sebelum Gibran dan Bobby Nasution, PDI Perjuangan mendukung penuh Joko Widodo sejak menjadi Wali Kota Surakarta sejak tahun 2005, kemudian sukses menaklukan petahana Fauzi Bowo di Pilkada DKI Jakarta 2012. Kemenangan Jokowi kembali terulang di Pilpres 2014 dan 2019.
Selengkapnya saksikan dalam ROSI eps. Ketika Dinasti Jokowi Meninggalkan Megawati di kanal youtube KompasTV.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/457150/gibran-jadi-bacawapres-pengamat-inkonsistensi-jokowi-rosi