KOMPAS.TV - Manajer Advokasi WALHI Sumatera Utara, Jaka Kelana Damanik mengatakan banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan merupakan bencana murni yang diakibatkan oleh alam, tapi ada keterkaitan hal-hal lain.

Misalnya kebijakan, kemudian politik dan lain sebagainya, sehingga ini disebut juga sebagai bencana ekologis. Di ekosistem Batang Toru ini ada puluhan sekitar 21 perusahaan yang bekerja di ekosistem Batang Toru.

Namun yang teridentifikasi membawa dampak besar terhadap deforestasi itu ada 7 perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, kemudian perkebunan, perkebunan kelapa sawit, perkebunan hutan tanaman industri, energi listrik.

Jadi dari seluruh 7 perusahaan ini, ini telah terjadi deforestasi seluas 10.795,31 hektare. Dan pohon yang telah ditebang oleh 7 perusahaan ini itu mencapai 3.443.939. Banyak yang menyebutkan banjir yang terjadi di Pulau Sumatera dipengaruhi juga dari penebangan liar, sehingga pohon-pohon yang ditebang itu oleh sejumlah perusahaan masuk ke sungai dan bahkan hingga menghancurkan rumah warga.

WALHI memandang bahwa deforestasi itu tidak hanya penebangan yang dilakukan secara ilegal, tapi juga secara legal. Nah itu yang kita maksud dengan deforestasi. Tidak hanya menghilangkan tutupan hutan, tapi menghilangkan fungsi dari hutan alami itu.

WALHI juga tidak sepakat harus dilakukan deforestasi dan ditanam sawit. Sebab saat banjir melanda, ada banyak material kayu yang terbawa. Ini merupakan bukti, fakta yang tidak bisa terbantahkan lagi bahwa ada permasalahan deforestasi dalam bencana ini.

"Usut tuntas mafia-mafia yang ada di Kementerian Kehutanan, Kementerian SDM, dan Kementerian ATR BPN. Karena ini menjadi permasalahan utama juga," tegasnya.



Bagaimana menurut Anda?

Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/XrU__Yt4gEE?si=5mpmH7gCWSkMONdc

#banjir #aceh #sumatera

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/637730/singgung-deforestasi-dan-banjir-sumatera-walhi-usut-tuntas-mafia-hutan-dipo-investigasi