Sayur Babanci atau Ketupat Babanci adalah salah satu kuliner ikonik khas Betawi yang kini mulai langka. Kelangkaan ini disebabkan karena bahan dan rempah-rempah untuk membuat sayur ini sudah sulit ditemukan di Jakarta. Dinamakan Sayur Babanci karena sayur ini tidak jelas jenisnya, bahkan tidak bisa dikategorikan sebagai sayur karena tidak ada campuran sayur. Karena sulit mendapatkan bahan-bahannya, kini warga Betawi biasanya menyajikan sayur ini hanya pada hari -hari besar keagamaan sebagai menu keluarga, seperti buka puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha. Konon, nama babanci diambil dari perilaku sayur ini yang tidak jelas kelaminnya alias banci, gulai tidak, kare tidak, soto juga tidak. Beberapa orang juga meyakini bahwa nama babanci diambil dari perpaduan antara babah dan enci yang disinyalir makanan ini dulunya dibuat oleh para peranakan Betawi-Tionghoa.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sayur babanci antara lain jahe, serai, kapulaga, bunga bintang, cabe merah besar, asam jawa, kemiri, lengkuas, terasi, serundeng, petai, kelapa muda, dan masih banyak lainnya. Sayur babanci terbuat dari 21 bahan dan lima puluh persen bahan sekarang sulit didapat Seperti, kedaung, botor, tai angin, lempuyang, temu mangga, temu kunci, bangle. Itulah mengapa sayur ini hampir punah.
Rasa sayur babanci ini gurih, memiliki sedikit rasa pedas, segar karena ada rasa dari asam jawa, dan harum karena petai serundeng, serta terasi. Salah satu restoran yang masih menjual sayur babanci adalah Historia Food & Bar di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Harga sayur babanci dibanderol dengan Rp 47.000 sangat sebanding dengan rasa yang ditawarkan oleh makanan yang mulai langka ini.
Bagi orang Betawi atau bukan yang ingin mencoba masakan ini dapat datang ke Rumah Makan Historia di,
Jl. Pintu Besar Utara No.11, RW.6, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110