JAKARTA, KOMPAS.TV - Hujan deras yang menguyur wilayah Jakarta sejak Selasa (25/02/2020) dini hari menyebabkan sejumlah wilayah di ibu kota terendam banjir.
Salah satunya di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Akibatnya, lalu lintas di wilayah itu lumpuh total.
Warga terpaksa menerobos banjir dengan berjalan kaki atau menggunakan perahu karet.
Banjir juga terjadi di depan rumah sakit angkatan laut Mintoharjo.
Ketinggian banjir sempat mencapai 50 sentimeter.
Satu unit mobil pemadam kebakaran didatangkan untuk menyedot banjir.
Banjir juga merendam ratusan rumah di kawasan Jalan Satria, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Banjir setinggi satu meter membuat warga terjebak di rumah mereka.
Polisi harus mengevakuasi warga dengan menggunakan perahu karet.
Evakuasi diutamakan terhadap warga yang lanjut usia.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, berdasarkan perkiraan BMKG, cuaca ekstrem masih terjadi hingga Maret.
Untuk itu Anies sudah memberikan sembilan arahan ke jajarannya untuk membantu masyarakat yang terdampak banjir.
Namun anggota DPRD DKI mengkritik kerja Anies Baswedan dalam menangani banjir.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, PUPR Basuki Hadimuljono ikut bicara soal banjir di Jakarta.
Basuki menilai, banjir lantaran kapasitas drainase yang lebih kecil dari curah hujan.
Untuk itu PUPR akan membangun rumah pompa di sejumlah lokasi untuk menangani banjir dalam jangka panjang.
Pemprov DKI Jakarta harus segera memperbaiki saluran drainase di kawasan yang jadi langganan banjir.
Selain itu perlu juga harus ada pengerukan dan pelebaran tempat penampungan air.
Sambil terus mengingatkan kepada masayarakat agar tidak membuang sampah ke aliran sungai.
Pertanyaan yang sama pun muncul kembali mengapa banjir masih terus terjadi?
Mampukah Pemprov DKI mengatasi banjir yang terus terjadi wilayah Ibu Kota?
Untuk membahasnya simak bersama Pakar Tata Air yang juga Staf Khusus Menteri PUPR Firdaus Ali serta Tim Advokasi Korban Banjir Jakarta Azas Tigor Naingolan.