JAKARTA, KOMPASTV - Sepi bahkan cenderung tak ada pengunjung. Inilah kondisi salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Utara pasca imbauan untuk tetap di rumah digaungkan.
Pusat perbelanjaan pun mulai mengatur jam operasional dan memproyeksi omzet akan turun drastis.
Konsumsi selama ini jadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Namun pandemi virus corona sudah bisa dipastikan akan memukul konsumsi.
Tahun lalu, konsumsi berkontribusi lebih dari 50 persen untuk pertumbuhan ekonomi. Jauh lebih tinggi dibanding konstribusi pembentukan modal tetap bruto dan ekspor barang dan jasa.
Bank Indonesia lewat survei penjualan eceran pun memproyeksi bulan februari penjualan ritel akan melambat 1,9 persen sementara di Januari terkontraksi minus 0,3 persen.
Meski tanda perlambatan nyata, Kamar Dagang Indonesia menilai prioritas utama saat ini adalah memutus virus terlebih dahulu. Setelahnya barulah stimulus untuk merangsang ekonomi bisa dievaluasi.
Senada dengan kadin, asosiasi pengusaha Indonesia mendorong agar infrastruktur kesehatan ditingkatkan.
Lalu bagaimana masyarakat menanggapi kondisi ini? Waspada sudah pasti, panik dijauhi. Masyarakat pun menantikan langkah pasti apa dari pemerintah untuk menanggulangi pandemi ini.
Manusia harus jadi pilihan pertama saat ini. Awan kelabu ekonomi sudah pasti akan terjadi. Tapi untuk kondisi saat ini, ekonomi bisa dinomorduakan terlebih dulu, karena tanpa manusia sehat sudah pasti ekonomi akan tambah sakit.