KUPANG, KOMPAS.TV - Yenti Selus, pria paruh baya asal Desa Golo Ndele, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur adalah seorang difabel yang merupakan perajin anyaman rotan sejak 2015 silam.
Meski mengalami keterbatasan fisik, ia tak pernah putus asa untuk terus berkarya demi menafkahi isteri dan 2 orang anaknya.
Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya sejak lahir, Yenti selalu dibantu sang isteri dan keluarga untuk mencari rotan di hutan. Disamping itu isterinya juga mencari penghasilan tambahan dengan menjual komoditi seperti, kemiri dan kakao yang diperoleh dari kebun.
Saban hari pria yang akrab disapa Selus tersebut, menganyam rotan membentuk aneka barang seperti, topi, tas, piring, vas bunga, tudung saji, dan tempat nasi.
Harga pasarannya dibandrol mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Dari hasil kerajinannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di dalam keluarga. Namun pandemi covid-19 sangat berdampak pada penghasilannya.
"Saat pandemi corona sekarang, saya jadi sulit mengirim barang ke pelanggan. Selain itu kalau dikirim pun harga pengiriman sangat mahal," ucap Selus.
Karena itu ia berharap, ada intervensi dari pemerintah tingkat desa ataupun kabupaten sehingga usahanya bisa berjalan lancar.
Selus juga mengaku, meski sudah menggeluti usahanya selama 5 tahun belakangan, namun dirinya masih kesulitan modal guna mengembangkan usahanya tersebut.
Ia berharap, pemerintah bisa membantu memberi akses dana segar, agar usahanya tidak kolaps di tengah pandemi covid-19 saat ini.
#PriaDifabel #PerajinRotan #ButuhBantuan