PROBOLINGGO, KOMPAS.TV - Seorang balita di Kota Probolinggo Jawa Timur selama hampir 3 tahun terakhir hanya bisa terbaring lemah di ranjang. Tubuhnya ringkih dan tak henti-hentinya menangis akibat mengalami kelumpuhan otak dan epilepsi sekaligus. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan membuatnya tak tersentuh perawatan rumah sakit.
Jika anak seusianya sedang bermain ceria, tidak demikian halnya dengan Muhammad Bakri, balita berusia 2 tahun 10 bulan itu justru harus berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Setiap hari putra kedua pasangan suami istri Samsul Arifin dan Khoiriyah, warga Jalan Mawar Kelurahan Triwung Lor Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo itu hanya bisa tergolek lemah di ranjang.
Tubuhnya kurus dan ringkih, ia didiagnosa mengidap cerebral palsy atau lumpuh otak dan epilepsi sekaligus. Padahal saat lahir kondisi fisik bakri normal.
Namun saat menginjak usia 6 bulan, ia mulai sering mengalami demam, kejang-kejang dan tubuhnya menguning. Sempat dibawa ke rumah sakit, namun orang tua membawa bakri kembali pulang karena terkendala biaya.
Selain terbaring lemah, setiap malam hingga dini hari, Bakri kerap menangis. Ibunya, Khoiriyah bercerita
Jika Bakri hanya sekali mendapat bantuan dari Dinas Sosial setempat, itupun hanya berupa susu dan pampers.
Tetangga Bakri, Rahmat mengaku tidak tega dengan kondisi balita malang itu. Rahmat dan tetangga lainnya kadang memberikan bantuan makanan dan mendatangi rumah Bakri untuk menenangkannya saat menangis.
Asa Bakri untuk berobat dan sembuh dari penyakit nampaknya tinggal angan-angan. Sebab penghasilan ayah Bakri sebagai kuli bengkel hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari, sedangkan sang ibu sudah berhenti bekerja dari pabrik garmen semenjak bakri dilahirkan.
#Balita #LumpuhOtak #KeluargaMiskin