JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah sekolah di berbagai daerah menggelar uji coba pembelajaran tatap muka, jelang diberlakukannya sekolah tatap muka, pada tahun ajaran baru, Juli mendatang.
Di DKI Jakarta, uji coba pembelajaran tatap muka dilakukan di 85 sekolah.
Uji coba ini dilakukan selama dua pekan, mulai tanggal 7 April, sampai dengan 29 April mendatang.
Meninjau uji coba sekolah tatap muka, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria memastikan sejumlah syarat yang harus dipenuhi sekolah, mulai dari vaksinasi tenaga pengajar, persiapan sarana prasarana sekolah, hingga pembagian siswa yang masuk sekolah.
Diberlakukannya kembali pembelajaraan tatap muka, dibayangi dengan adanya kekhawatiran penyebaran covid-19 di sekolah.
Di Padang, 61 orang siswa SMA Negeri 1 Sumatera Barat terinfeksi covid-19, setelah memulai pembelajaran tatap muka, Januari lalu.
Sementara, di Jambi, 56 siswa, dan guru Sma Negeri TITIAN teras, juga terinfeksi covid-19, diduga karena tak disiplin protokol kesehatan.
Munculnya sejumlah klaster covid-19 di sekolah ini tentu mengkhawatirkan.
Apalagi, hingga kini belum ada satupun vaksin covid-19, yang penggunaannya disetujui WHO, pada anak, dan remaja di bawah usia 18 tahun.
Pemerintah pun masih menanti kajian lengkap para ahli di dunia.
Saat ini, para produsen vaksin masih berlomba melakukan uji klinis penggunaan vaksin covid-19, untuk anak-anak.
Di antaranya, Pfizer Bioentech, Moderna, Astrazeneca-Oxford, dan Biotech - Sinopharm.
Jika pembelajaran tatap muka tetap dibuka pada Juli mendatang, hampir pasti indonesia belum punya vaksin covid-19 untuk disuntikkan kepada anak-anak.
Vaksinasi pada anak penting dilakukan, karena anak-anak tak kebal pada covid-19.
Jika pemerintah bersikukuh untuk tetap menggelar pembelajaran tatap muka, kedisiplinan terhadap protokol kesehatan, harus menjadi syarat utama, jika tak ingin angka covid-19 kembali melonjak.