SOLO, KOMPAS.TV - Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau PLTSA Putri Cempo Solo, Jawa Tengah, mulai uji operasional. Pembangkit ini berada di lokasi tempat pembuangan akhir sampah, yang setiap harinya menerima sampah dari Kota Solo. Ini merupakan solusi pengelolaan sampah yang setiap hari bisa mencapai 300 ton. Di sini sampah non organik seperti kain, plastik, dan karet sintetis dikeringkan untuk menjadi bahan baku dari pembangkit listrik. PLTSA memiliki teknologi yang dapat memproduksi listrik yang lebih besar, karena memiliki recovery energi dan efisiensi yang tinggi.
"PLTSA ini mengonversi syngas yang asalnya dari sampah, yang mengalami proses gasifikasi untuk dirubah menjadi listrik," ujar Erlan Syuherlan, Direktur PT Solo Citra Metro Plasma Power.
Jika beroperasi penuh, PLTSA Putri Cempo setidaknya membutuhkan 500 ton sampah per hari. Dengan volume sampah saat ini, tentu akan kekurangan bahan baku. Pemerintah Kota Solo tengah membuat rencana terkait pengelolaan sampah daerah lain untuk memasok kebutuhan di sini.
"Kapasitas sampah yang ada di Kota Surakarta sekitar 300-an ton, padahalkan butuhnya sampai 550 ton perhari. Nah ini, ke depan kita akan membangun komunikasi, koordinasi dengan daerah-daerah sekitar, yang sebenarnya tidak perlu membuang sampah di TPS atau TPA mereka, bisa saja yang berdekatan dengan Kota Surakarta bisa dibuang di Kota Surakarta. Itu nanti kita akan membangun konsep sampah regional," kata Ahyani, Sekretaris Daerah Kota Solo.
Keberadaan PLTSA ini menjawab masalah sampah yang semakin hari semakin besar. Pada bulan Desember 2022 ini diharapkan PLTSA Putri Cempo sudah bisa beroperasi penuh, dengan menghasilkan listrik delapan megawatt. lima megawatt akan dijual ke perusahaan listrik negara, sementara sisanya untuk operasional internal.
#solo #pltsa #sampah
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/305639/atasi-sampah-lewat-pembangunan-pembangkit-listrik-tenaga-sampah