Nasi jinggo sudah menjadi tak asing bagi penikmat kuliner yang kerap dijajakan di pinggir jalan atau angkringan.
Meski terkesan sederhana dengan ciri khas sambal pedas ditambah isian lainnya seperti tempe, daging ayam, serundeng, sedikit kacang dan mie, namun selalu menggoda lidah untuk menikmatinya.
Menariknya, ciri khas nasi jinggo lain yang menjadi daya tarik yakni dibungkus dengan daun pisang. Selain untuk cita rasa nasi jinggo, juga membuatnya terkesan menarik.
Penjual nasi Jinggo di Desa Kapal, Mengwi, Badung, Anak Agung Bagus Anom Gunawan menuturkan untuk membuat nasi jinggo, ia mempersiapkan dari aneka bumbu-bumbu dapur seperti cabai, bawang putih, bawang merah, gula, dan penyedap rasa.
Setelah lengkap, selanjutnya bumbu-bumbu tersebut dihaluskan dengan cara diulek atau bisa juga diblender. Setelah bumbu halus telah siap, kemudian tahap selanjutnya segera dimasak.
"Prosesnya memerlukan waktu satu setengah jam, agar bumbu benar-benar matang," katanya.
Selanjutnya, kata dia, baru mempersiapkan menu lainnya terdiri sambal, daging ayam sisit (ayam suwir) atau ada juga pilihan daging babi, serundeng, tempe dan mie yang kemudian dikemas dengan daun pisang. Daun pisang yang digunakan juga tidak sembarang, yakni jenis daun pisang Batu.
"Tekstur daun pisang batu sudah lemas, dibandingkan dengan daun-daun pisang lain yang daunnya agak kaku. Rata-rata waktu dibutuhkan membungkus nasi jinggo hanya membutuhkan waktu 1 menit per bungkus," paparnya.
Banyak diakuinya memang pedagang nasi jinggo, namun yang membedakan terletak pada cita rasa bumbu khusus pada sambalnya yang kental.
Untuk harga per bungkus nasi jinggo, Gunawan menjual sama dengan harga pasaran yakni Rp5 ribu.
"Sajian ini sangat pas disantap menjelang malam hari, cocok ditemani dengan bebagai jenis minuman," katanya.