NUSA TENGGARA TIMUR, KOMPAS.TV - Selama sebulan terakhir pasokan telur ayam di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, tidak stabil.
Kondisi ini oleh para pedagang diduga menjadi penyebab kenaikan harga telur di pasar-pasar tradisional.
Untuk pasokan telur ayam biasanya pedagang mendapatnya dari Surabaya, Kota Kefamenanu, serta Atambua.
Sebelumnya, harga telur ayam Rp52 ribu per kerat, kini naik dari kisaran harga Rp55 ribu hingga mencapai Rp65 ribu per kerat.
Kenaikan harga ini membuat warga membatasai pembelian telur.
Baca Juga Meski Pakan Mahal, Peternak di Sorong Belum Berani Naikan Harga Telur di https://www.kompas.tv/article/325180/meski-pakan-mahal-peternak-di-sorong-belum-berani-naikan-harga-telur
Sementara di Denpasar, Bali, kenaikan harga telur ayam berdampak pada usaha penjualan kue tart.
Seperti yang terpantau di salah satu toko kue yang ada di Jalan Surapati.
Toko kue ini bisa menghabiskan sekitar 20 sampai 30 krat telur dalam seminggu.
Naiknya harga telur otomatis menaikan biaya produksi kue.
Namun, lantaran kondisi ekonomi yang belum stabil penjual kue enggan menaikan harga.
Toko ini memilih menjual kue dengan harga yang sama, meski untungnya berkurang.
Harga kue dijual bervariasi mulai Rp30 ribu, tergantung ukuran dan jenis kue.
Para penjual kue berharap, pemerintah bisa segera menekan harga telur agar kembali stabil.
Jika kenaikan telur terus terjadi, mereka terancam merugi.
Harga telur di Denpasar kini mencapai Rp60 ribu per kerat atau 30 butir, dari sebelumnya Rp30 ribu per kerat.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/325441/harga-telur-ayam-meroket-naik-warga-pilih-kurangi-pembelian