Ada berbagai tradisi kuno yang masih dipertahankan serta dilestarikan oleh masyarakat secara turun-temurun di beberapa daerah di Bali.
Salah satunya adalah tradisi ayunan kayu tradisional di Desa Munggu, Mengwi, Badung.
Uniknya tradisi ayunan kayu tradisional tersebut hanya dipasang dan dimainkan oleh masyarakat setempat saat hari Raya Galungan dan Kuningan saja, di Bale Banjar Kerobokan, Desa Munggu, Mengwi, Badung.
Keunikan lainnya dari ayunan kayu tradisional tersebut adalah satu minggu sebelum hari Raya Galungan atau sebelum dirakit ayunannya, dilakukanlah beberapa tahapan prosesi ritual dengan sesaji-sesaji tertentu ke beberapa pura di desa setempat.
I Made Suada, kelian Banjar adat Kerobokan, Desa Munggu, Mengwi, Badung, menjelaskan beberapa hal terkait Ayunan ini.
Ayunan kayu tradisional tersebut umurnya tidak diketahui pasti, warga Munggu telah mewariskannya secara turun temurun hingga saat ini.
Ayunan kayu tradisional dimainkan dan di tempatkan di Bale Banjar Kerobokan, Desa Munggu, Badung, sehingga ramai dinikmati saat hari raya Galungan. Ayunan ini sebagian besar terlihat didominasi oleh anak-anak.
Mereka merasa senang dan tidak takut sama sekali dikarenakan, bermain ayunan kayu tradisional sangat menantang.
Ungkap Ni Ketut Novitasari, salah satu anak yang sempat menikmati putaran ayunan kayu tradisional.
Dirinya mengaku setiap hari raya Galungan tiba selalu bermain ayunan kayu tradisional bersama teman-teman sebaya di Banjar Kerobokan.
Bagi masyarakat yang berminat bermain ayunan kayu tradisional hanya dikenai biaya sebesar dua ribu lima ratus rupiah untuk satu kursi dengan durasi waktu tiga sampai lima menit. (Aga)