GOWA, KOMPAS.TV - Seorang Guru Honorer di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, setiap hari harus berjalan kaki melewati jalan mendaki, yang berlumpur dan berbatu.
Sebagai seorang guru, pagi Muhammad Asmin dimulai dengan menyiapkan materi dan perlengkapan belajar.
Setelah siap, ia melangkahkan kaki dengan mantap menuju Sekolah Dasar Inpres Patuku di Desa Parigi, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa, Sulawesi Selatan.
Status honorer tidak sedikit pun mengusik semangat guru muda ini.
Berkilometer ayunan kaki melewati jalan mendaki yang berlumpur dan berbatu, menuju murid-muridnya, yang telah menanti di sekolahi.
SD Inpres Patuku adalah satu-satunya sekolah di Dusun Asana. sekolah ini menjadi Kawah Candra dimuka bagi 41 siswa, kelas 1 hingga 6.
Asmin telah menjadi guru honorer di sekolah ini sejak tahun 2017.
Setiap tiga bulan, ia menerima honorarium sebesar Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta.
Bukan tanpa alasan, asmin Bertahun-tahun bertahan dalam keterbatasan.
SD Patuku kekurangan tenaga pengajar, belum lagi jalan yang sulit diakses membuat sejumlah guru terhambat tiba di sekolah.
Ini berdampak pada perkembangan anak didik.
Sebagai pendidik, Muhammad Asmin berharap sekolahnya mendapat tambahan tenaga pengajar.
Kondisi jalan yang lebih baik, juga diharapkan melapangkan jalan menuju anak-anak, yang merindukan goresan kapur dari guru mereka.
Baca Juga Kata Presenter TV Brigita Manohara usai Diperiksa KPK soal Kasus Korupsi Eks Bupati Mamberamo Tengah di https://www.kompas.tv/nasional/413306/kata-presenter-tv-brigita-manohara-usai-diperiksa-kpk-soal-kasus-korupsi-eks-bupati-mamberamo-tengah
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/413319/kisah-muhammad-asmin-guru-honorer-yang-berjuang-mengajar-di-pedalaman-gowa