CANBERRA, KOMPAS.TV - Kerjasama pengembangan industri baterai mobil listrik, sebagai pendukung utama membentuk ekosistem nol emisi, menjadi salah satu sektor prioritas yang ditekankan Presiden Jokowi, dalam lawatan kerjanya ke Australia, selasa 4 Juli lalu.
Sinergitas antara Indonesia dengan Australia pun, disepakati dengan penandatanganan MoU kerjasama critical minerals, antara Kadin Indonesia dengan pemerintah negara bagian Western Australia.
Melalui kerjasama ini, Indonesia dan Australia akan saling melengkapi kebutuhan akan komponen pembuatan baterai kendaraan listrik.
Tak hanya Indonesia, ambisi membentuk ekosistem mobil mobil listrik, juga menjadi perhatian serius pemerintah Australia.
Salah satu pemicu percepatan konversi ini, karena pemerintah wilayah Canberra akan memberlakuan pelarangan penggunaan mobil non-listrik mulai tahun 2035.
Baca Juga Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden: Mobil Listrik Tak Dapat Subsidi, Hanya Insentif di https://www.kompas.tv/video/420200/tenaga-ahli-utama-kantor-staf-presiden-mobil-listrik-tak-dapat-subsidi-hanya-insentif
Adalah comcar atau commonwealth car, yang berani memutuskan mengganti seluruh kendaraan dinas parlemen ke mobil listrik, dalam jangka waktu setahun dari sekarang.
Dan pilihannya, jatuh pada mobil listrik buatan perusahaan ternama asal Jerman.
Bukan hal yang mudah, untuk mengubah kebiasaan para pengguna kendaraan konvensional untuk beralih ke mobil listrik.
Salah satu penyebabnya, karena masih minimnya ketersediaan pusat pengisian daya listrik, atau charging station.
Di Canberra sendiri, saat ini baru ada 18 tempat pengisian ulang mobil listrik. 12 di antaranya charging khusus untuk mobil listrik asal Amerika, yang tak bisa digunakan kendaraan listrik merk lainnya.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/423695/parlemen-australia-mulai-konversi-mobil-dinas-ke-mobil-listrik-target-selesai-dalam-1-tahun