Mahfud MD, salah satu tokoh nasional yang dikenal dengan prinsip-prinsipnya yang tegas dan integritas yang tak terbantahkan, kembali menjadi sorotan dalam perbincangan publik terkait dengan kesederhanaannya. Salah satu momen yang menarik perhatian adalah ketika beliau menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Setiap kali tiba momen Hari Raya Idul Fitri, seperti banyak pejabat lainnya, Pak Mahfud seringkali menerima parcel sebagai bentuk penghargaan dari berbagai pihak.
Namun, alih-alih menyimpan parcel tersebut untuk dirinya sendiri, Pak Mahfud selalu mengambil langkah yang mengejutkan. "Semua parcel itu saya serahkan ke KPK," tegasnya. Parcel yang diterima bukanlah berisi uang atau barang mewah, melainkan benda-benda sehari-hari seperti cangkir, gelas, atau dispenser yang umumnya bernilai sekitar 400 ribu rupiah. “Saya selalu laporkan dulu ke KPK sebelum istri menyentuhnya,” ujarnya bercanda, menekankan pentingnya menjaga integritas meski dalam hal sekecil apapun.
Kesederhanaan yang Luar Biasa Dalam sebuah cerita lain, Pak Mahfud menunjukkan sifat kesederhanaan yang konsisten. Di salah satu acara penting yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi, beliau mendapati tempat duduknya terkena tetesan air dari plafon yang bocor. Namun, alih-alih marah atau mengeluh kepada panitia, ia memilih untuk berpindah tempat duduk dengan tenang. Sikap ini sangat kontras dengan banyak pejabat tinggi lainnya yang biasanya menuntut fasilitas maksimal. "Ketua MK yang satu ini memang berbeda, mungkin karena beliau berasal dari Madura, jadi terbiasa dengan kesederhanaan," ungkap salah satu saksi dalam acara tersebut.
Apa yang dapat kita pelajari dari sikap Pak Mahfud ini adalah betapa pentingnya menjaga etika, terutama bagi seorang pejabat negara. Banyak yang berpikir bahwa hadiah atau parcel adalah hal biasa, namun bagi Pak Mahfud, semuanya harus dilaporkan dan diserahkan kepada KPK. Ini merupakan contoh nyata dari komitmennya untuk menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab dan tanpa kompromi.
Bagi banyak orang, sikap Pak Mahfud adalah cerminan dari seseorang yang benar-benar memahami makna dari etika publik. Dalam sebuah wawancara, beliau pernah berujar, "Kalau sampai parcel yang diterima lebih dulu disentuh oleh istri sebelum saya lapor KPK, itu bisa menjadi konflik kepentingan."