JAKARTA, KOMPAS.TV - Ditetapkannya keputusan peningakatan PPKM darurat level 3 mengacu pada peningkatan angka rawat inap dan keterisian ICU di sejumlah wilayah terkait.
Meski pemerintah berkelit, keputusan meningkatkan level PPKM ini bukan dikarenakan akibat lonjakan kasus covid-19.
Namun fakta dilapangan, permintaan tes covid di beberapa wilayah justru dipadati warga.
Salah satunya di gerai tes PCR di Jakarta Barat mengalami peningkatan tes hingga 300 persen.
Tak hanya itu peningkatan juga terjadi di wilayah Bekasi, Jawa Barat.
Baca Juga Jabodetabek PPKM Level 3, Anak di Bawah Usia 5 Tahun Tidak Boleh Masuk Mal di https://www.kompas.tv/article/259297/jabodetabek-ppkm-level-3-anak-di-bawah-usia-5-tahun-tidak-boleh-masuk-mal
Warga yang mengikuti tes drive thru umumnya karena terkena regulasi tracing dari pihak keluarga maupun, rekan kerja yang terkonfirmasi positif covid-19.
Sementara itu, sejumlah pemerintah kota menerapkan kebijakan pembelajaran tatap muka 50 persen.
Salah satunya di Kota Depok, Jawa Barat.
Dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 di sekolah, Dinas Pendidikan Kota Depok kembali melakukan pembelajaran tatap muka 50 persen.
Epidemiolog Grifith University, Dicky Budiman menjelaskan bahwa gelombang ketiga yang disebabkan varian omicron ini sulit terelakan.
Karena terlalu banyak populasi yang rentan.
Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah menilai kebijakan yang diambil pemerintah ini dinilai terlambat dan tidak tepat.
Varian omicron berpotensi dan mempeburuk pandemi.
Dan kini, Indonesia telah berada di gelombang ketiga covid-19, di tengah upaya pemberian vaksin penguat.
Terlepas peran pemerintah dalam menjamin perawatan bagi pasien covid-19, masyarakat juga memiliki peran penting.
Patuh pada protokol kesehatan, menggunakan masker dengan benar dan menghindari kerumunan, menjadi ikhtiar memutus penyebaran covid varian omicron.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/259306/bandung-raya-dan-bali-terapkan-ppkm-level-3-banyak-warga-belum-tahu-perbedaan-aturan